Lorong kosong dan gelap mengitari mata

terduduk, tertampar, tak lagi terperi

air mata bukan lagi pengarus lega

ketukan di dada terasa seperti jalan keluar

 

yang paling menyedihkan bukanlah pandangan terakhir

bukan pula kata

yang paling menyakitkan adalah 

duduk memeluk lutut

tanpa ada opsi pelukan lain.

Ekskresi

Di sudut mataku masih terasa genggam
tak pernah pergi berhujan kelam
''aku tak lagi di sana'' bergema di seluruh menara
rantai mengikat, memaki, berdansa


Bernafaslah. Belajar darinya
yang masuk tak perlu selalu tinggal
yang tinggal tak perlu selalu banal

buanglah kepal

Malam ini kubuka lagi kantung berisi kenangan yang tersisa

Aku harap rasa ini bisa hilang selayaknya tulisan pada tiket pesawat kita itu..
Perlahan tapi pasti, ia tiada.

Teriring Tatsuro - Your Eyes

"Aku sungguh ingin pulang
kerinduan ini sudah meradang"


..rasaku tiap hari.


Namun sesungguhnya, aku tau rumah dan indah takkan pernah ada di jalur yang sama.

Semisal tak lagi kau kunci, dan mungkin dapat lagi kumasuki
aku tau bara neraka itu akan menyala lagi

membakar lagi

ke sekian kali

entah apakah lebih baik pergi atau mati di rumah sendiri.

Satu

Di matanya aku percaya akan selalu ada jalan pulang

Pada suaranya ku yakinkan bahwa ia tak pernah pergi

Ia tak selalu ada, tak selalu nyata, namun aku percaya ia di sana.

Hanya aku saja yang belum cukup uang untuk menyusulnya

Sehingga mari menunggu

Karena aku tak pernah punya lain tuk dituju.

Apakah hujan bisa menolak untuk jatuh?
Apakah langit kuasa menghadang agar hujan tak datang karena bapak belum juga pulang?

Secangkir coklat panas di dalam ruang ber-AC di kala hujan

Kadang ketika aku meminta untuk lepaskan genggam
aku hanya sedang berkata bahwa aku kedinginan
dan pelukmu tak cukup erat

tarik aku agar lebih hangat


hanya itu yang kuperlu.